1. SEJARAH SINGKAT
Belut
merupakan jenis ikan
konsumsi air tawar dengan
bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip
punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih
kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali
kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga
saat ini belut banyak dibudidayakan dan
menjadi
salah satu komoditas ekspor.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut
Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong,Perancis dan Malaysia.
Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan
di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan
belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
3. JENIS
Klasifikasi belut adalah
sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus
bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus
albus Zuieuw (belut
sawah); Macrotema caligans Cant (belut
kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3
(tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian
jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
4. MANFAAT
Manfaat dari budidaya
belut adalah:
1) Sebagai penyediaan
sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah
darah.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis
ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik.
Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai
dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan
yang spesifik.
2) Kualitas air untuk
pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam
tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur
optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya
kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan oksigen terutama
untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
Sedangkan untuk
perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat
hidup di air yang keruh.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa
jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam
pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut
remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi
(terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu
untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk
pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis
kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan
daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk
kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk
kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya
tampungnya 250 ekor/m2. Dan
untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran
15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50cm
4) Pembuatan kolam belut
dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya
berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang
diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam
terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami
padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi
setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu
diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah
tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30
cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi
50 cm (bahan organic + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal
media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah
itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2.
Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a. Anak belut yang sudah
siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara
selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b) Bibit bisa diperoleh
dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang
bibit yang ada di alam.
c. Pemilihan bibit bisa
diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan.
Biasanya belut yang
dipijahkan adalah belut betina berukuran ±
30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
d. Pemijahan dilakukan
di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina
untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan
kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah
menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam
ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon
bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan
di kolam pendederan calon bibit selama ±
1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut
berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bias diperlihara dalam
kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan
Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan
anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal
ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang.
Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
6.3.
Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk
diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga
diperlukan sebagai salah satu bahan organic utama.
2) Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa
diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang
diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam
dan Tambak
Yang perlu diperhatikan
pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar
dan dalam kolam tidak beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Hama pada belut
adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam
terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular,
katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
3) Di pekarangan,
terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan
kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
7.2.
Penyakit
Penyakit yang umum
menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti
virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
8. PANEN
Pemanenan belut berupa 2
jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit
yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir
pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya
sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut
sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong,
jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam
sehingga belut tinggal diambil saja.
9. PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut
secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu
mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen
dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.(TipsBudidaya/
2013)
0 komentar:
Posting Komentar